Kamis, 28 Agustus 2008

--Just For Share-- Godaan Haram

Artikel di bawah ini menurut saya sangat menarik, kenapa ? karena hebatnya si Ibu dalam mendidik dan menanamkan persoalan halal dan haram dalam diri anak-anaknya sejak kecil sehingga mereka dengan rela dan bangga membuang makanan mengandung komposisi haram padahal usia mereka masih dini dan hidup di negara kafir yang jelas banyak godaan beraneka ragam makanan yang menarik untuk dicicipi tapi haram. Semoga kita bisa mencontoh keluarga ini sehingga bisa mendidik putera puteri kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Robbi Habli Minas Sholihin.

Dan khusus buat kedua keponakanku yang tinggal di Montreal (Salma dan Tariq), meskipun kita disini sampai detik ini belum pernah berjumpa kalian dan memeluk sayang kepada kalian tetapi yakinlah bahwa kita semua selalu mendoakan semoga kalian dapat menjadi anak yang sholeh dan sholehah berbakti kepada kedua orang tua dan selalu dapat memilih makanan dengan komposisi halal dan tidak tergoda oleh makanan haram. Amin.


http://www.eramuslim.com/atk/oim/8826210159-godaan-haram.htm

Oleh Ummu Jannah

Sungguh hebat anak-anak muslim yang menjadi minoritas tinggal di negara non muslim seperti Belanda ini. Bagaimana tidak, seyogyanya mereka masih selalu ingin eksplorasi, terutama dalam memilih makanan, pastinya akan penasaran dengan kemasan & sajian indah menggugah liur. Berbeda dengan di Indonesia, yang (mungkin) beberapa jajanan berbranded luar pun sudah disertifikasi halal, di sini tentu saja para pengusaha makanan tidak akan pernah menyesuaikan dengan tuntutan kaum minoritas, kecuali secara umum makanan tersebut diperlukan konsumen tertentu, sepertimereka yang alergi terhadap E471 dan sejenisnya, vegetarian, atau kondisi kesehatan lain yang mengharuskan seseorang mengkonsumsi makanan non daging.

Anak-anak saya salah dua dari mereka yang harus berjuang menahan selera. Siapa yang tak miris sekaligus bangga saat melihat mereka merelakan goodie bagnya di inspeksi lebih dahulu sebelum akhirnya diizinkan dikonsumsi. Melihat mereka mengatakan "ya" dengan yakin saat saya minta persetujuannya untuk membuang lebih dari setengah goodie bag yang berisi permen atau biskuit yang mengandung bahan haram.

Anak-anak yang selalu laporan sambil memperlihatkan makanan atau permen yang diberikan orang "Umiii, ini varken bukan?" sambil berharap cemas dan kemudian tersenyum lega saat saya menganggukan kepala setelah saya baca ingredientsnya aman.

Bahkan mereka sekarang sudah tahu mana jenis permen yang harus dihindari dimakan (misalnya. permen dg bahan jelly, marshmellow dan sebagainya). Dan kejadian paling anyar, adalah saat kemarin, di tengah udara panas, setelah aktif berlari-larian, mereka ditraktir ice cream F******a yang terkenal itu oleh seorang tante berkerudung. Si sulung yang menyangka setiap tante yang berkerudung pasti akan memberikan makanan halal, ternyata harus mulai belajar menerima kenyataan lain.

Saat si tante menawarkan diri mentraktir es itu, otak saya langsung berputar mencari jawaban santun untuk menolak, saking juga tidak enak mau bilang es itu mungkin tidak halal, maklumlah muslim di sini punya standard berbeda-beda untuk kategori halal..."Nggak usah, mb anak-anak udah punya es di rumah", dia tetap maksa sambil membelokkan mobilnya ke tempat parkir es. Parahnya anak-anak malah melonjak-lonjak kegirangan, tanpa tahu kecemasan dalam hati saya.

"Mb, untuk anak-anak saya yang water ijs lolly aja ya.." Ah, ternyata di florencia cuma ada ice scoops buatan mereka. Pusiiiinnngg... akhirnya saya memutuskan untuk membawa anak-anak ke toko dengan alasan mau berbelanja begitu si tante datang membawa beberapa cone es termasuk untuk saya... Untung si tante nggak curiga sama sekali karena kebetulan rumah kami dekat, sehingga alasan saya diterima. Begitu menutup pintu mobil, saya berbisik, "Nak jangan dimakan dulu ya ijsnya."

"Kenapa ummi?" Si sulung sempat menjilat es yang mulai lumer. "Ijsnya mungkin ada varkennya..." Kontan si sulung berhenti menjilati es lumer, membiarkannya meleleh di tangannya. Kami berjalan terus ke arah toko sambil mencari tempat sampah. Mereka dengan legowo memasukan es itu, si bungsu yang paling bangga, katanya perutnya ga jadi dibakar Allah karena dia belum sempat menjilat esnya...

Subhanalloh... alhamdulillah. Sambil terus berjalan saya terus menjelaskan pada mereka dengan kalimat-kalimat logis yang dapat mereka pahami. Selalu dan selalu saya ulang-ulang, berusaha menancapkan keyakinan itu di kepala dan hati mereka. Hingga mereka besar nanti, tak perlu lagi inspeksi, tak perlu lagi laporan, karena dari tubuh mereka sendiri akan ada penolakan dengan sendirinya...

Den Haag, akhir musim panas 2008


Kamis, 21 Agustus 2008

Sedekhah kepada Pengemis

Ustadz Menjawab

bersama Ust. H. Ahmad Sarwat, Lc.


Sabtu, 31 Mei 08 08:34 WIB

Assallamu'allaikum, wr wb.

Pak ustadz saya mau bertanya,

1.apakah sedekah kita dapat dikatakan mengenahi sasaran jika kita bersedekhah kepada pengemis di jalalan yang kita kira mereka sangat membutuhkan dan berhak menerima. Tetapi ternyata pengemis itu secara financial jauh lebih baik dari kita

2.mohon dasar hukumnya

Wassallamua'allaikum

SN


Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kita tidak hanya diperintah untuk sekedar bersedekah saja, tetapi kita diharapkan gemar dan banyak untuk bersedekah. Bersedekah bukan hanya pada satu titik tapi pada beberapa titik.

Ibarat petuah dalam managemen resiko, jangan tempatkan semua telur dalam satu keranjang, tapi tempatkan telur-telur itu di beberapa keranjang yang berbeda.

Adalah sebuah hal yang amat baik bahwa kita memanage proyek amal kebaikan secara terfokus. Misalnya kita mendirikan balai latihan kerja untuk melatih para pengangguran agar bisa bekerja. Tidak ada yang salah dalam masalah ini.

Tapi yang jangan kita lakukan adalah bila kita terobsesi untuk hanya melakukan satu proyek ini saja dalam urusan sedekah. Lalu kita tidak pernah mau memberi sedekah kepada pihak lain, termasuk pengemis.

Mengapa demikian?

Pertimbangannya adalah karena kemiskinan itu ada banyak bentuknya. Ada orang yang miskin secara sistem, tapi masih bisa makan untuk hari ini. Meski tetap kurang, tapi mereka masih bisa hidup.

Sementara ada sebagian orang yang miskin dalam arti pilihannya hanya dua. Mau hidup tapi harus mencuri biar perutnya terisi atau mati karena kelaparan.

Buat tipe kemiskinan yang kedua ini, rasanya bukan pada tempatnya kalau kita suruh ikut program pelatihan di balai latihan kerja. Sebab dia butuh makanan sekarang, bukan sebulan dua bulan lagi. Tipe kemiskinan yang seperti ini butuh uluran tangan langsung.

Dari sini kita perlu juga berpikir bahwa kita juga harus punya 'saham' di berbagai jenis sedekah di dunia kemiskinan. Lagian kita pun tidak tahu, manakah dari sedekah kita itu yang nantinya akan menyelematkan diri kita dari api neraka.

Boleh jadi sedekah yang tidak ada artinya yang secara iseng kita lakukan, justru dinilai tinggi di sisi Allah.

Karena itu sekedar nasihat, ada baiknya bila kita tidak selalu menolak manakala ada pengemis yang datang kepada kita untuk meminta-minta. Setidaknya, kita tidak perlu bersuudzdzan bahwa orang itu jangan-jangan hanya penipu. Ya kalau benar, bagaimana kalau tidak?

Bagaimana seandainya ternyata memang orang itu memang benar-benar butuh makan? Siapa yang tahu?

Bagaimana bila justru uang seribu perak yang kita berikan sambil lalu kepada pengemis, justru uang itulah yang nantinya akan menyelematkan kita di alam kubur yang gelap dan sendiri itu?

Tidakkah kita berpikir tentang kemungkinan ini?

Lagi pula, pernah kah ada orang yang jatuh miskin gara-gara memberi uang kepada pengemis? Bandingkan dengan jajan kita yang terkadang jauh melebihi kebutuhan makan si pengemis itu sekeluarga.

Bukankah sekali kita nongkrong di kafe sekedar menjamu teman atau iseng, kita bisa menghabiskan uang berpuluh bahkan beratus ribu? Bukankah seporsi sate kambing plus sopnya yang kita makan di warung Sate Babe, harganya senilai makan si pengemis itu dengan keluarganya untuk beberapa hari?

Bukankah seporsi nasi Bryani kambing di restoran Arab plus acar dan teh mint-nya, nilainya bisa untuk makan puluhan anak gelandangan dari pada mereka jadi tukang todong di jalan?

Hidup ini penuh misteri, kita tidak pernah tahu apa hakikat di balik apa yang kita lihat secara lahiriyah ini.

Boleh jadi si pengemis yang sudah putus asa karena tidak ada orang yang mau memberinya makan, nekat mau merampok dan membunuh orang, tiba-tiba dia sadar dan trenyuh melihat kita susah payah memberinya uang, meski hanya selembar uang seribuan yang anak kita pun menolak kalau diberi uang jajan segitu, lalu membatalkan niatnya dan tidak jadi membunuh orang.

Siapa yang tahu?

Boleh jadi apa yang kita impikan tidak pernah jadi kenyataan, tetapi Allah SWT malah memberi kita sesuatu yang jauh lebih baik lagi, padahal kita belum pernah memimpikannya.

Kita tidak tahu, boleh jadi doa si pengemis yang diucapkannya secara tulus itu malah bisa menggertarkan arsy Allah, sehingga Allah SWT menurunkan ribuan malaikat untuk membuka pintu-pintu langit dan menurunkan rezeki yang jauh lebih banyak lagi kepada kita.

Siapa tahu? Kita tidak pernah tahu bukan?

Karena itu, dalam pandangan kami, tidak ada salahnya bila kita sekedar memberi sedekah kepada orang datang kepada kita untuk meminta. Kalau pun pas kebetulan kita lagi tidak punya uang, setidaknya kita bisa menyampaikannya dengan cukup sopan dan simpatik. Tanpa perlu kita usir atau kita hina.

Ini sekedar agar nantinya kita tidak ditodong oleh para malaikat di alam kubur, bahwa kita telah mengabaikan salah satu perintah Allah:

Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.(QS. Adh-Dhuha: 10)

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. Adz-Dzariyah: 19)

Jelas sekali di ayat ini Allah SWT menyebutkan kata: orang miskin yang meminta. Jadi memang tidak salah kalau ada orang meminta lalu kita memberi. Setidaknya, ketika kita sudah memberikan, maka sudah gugur kewajiban kita. Di akhirat nanti, kita tidak akan diperkarakan dalam masalah yang satu ini. Sebab sesuai dengan laporan dan catatan malaikat, orang yang datang meminta kepada kita itu sudah kita beri.

Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Just To Share -- Polygamy key to a longer life for men--

Thu, Aug 21 03:47 AM

http://in.news.yahoo.com/241/20080821/1257/tnl-polygamy-key-to-a-longer-life-for-me.html

It may not sound ethical but a new study suggests that polygamy can give a man a longer life. A team of researchers at the University of Sheffield in Britain has carried out the study and found that men from Polygamous cultures actually outlive those from monogamous countries in the world. "After accounting for socioeconomic differences, men aged over 60 from 140 countries that practice polygamy to varying degrees lived on average 12%longer than men from 49 mostly monogamous nations," the New Scientist quoted lead researcher Virpi Lummaa as saying. Rather than a call to polygamy, the study might solve a long-standing puzzle in human biology-Why do men live so long?

This question only makes sense after asking the same for women who live long past menopause, according to researchers. "One answer seems to be a phenomenon called the grandmother effect. For every 10 years a woman survives past the menopause, she gains two additional grandchildren," Lummaa was quoted as saying. It seems that doting on and spoiling grandchildren aids their survival, as well as furthering some of their grandmother's genes.

Men, on contrast, can reproduce well into their 60s and even 70s and 80s, and most researchers assumed this explained their longevity.

Rabu, 20 Agustus 2008

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN PAHALANYA

Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan Pahalanya

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.

Pertama.

Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu.

"Artinya : Dari Abdullah bin Mas'ud katanya, "Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah" [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]

Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan amal-amal yang paling utama di antaranya adalah birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua).

Kedua.

Bahwa ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan.

"Artinya : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]

Ketiga.

Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Ibnu Umar.
"Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yang lain, 'Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan'. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah. "Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser" [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A'mal]

Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini diantaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya.

Kalau kita mengetahui, bagaimana beratnya orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka perbuatan 'Si Anak' yang 'bergadang' untuk memerah susu tersebut belum sebanding dengan jasa orang tuanya ketika mengurusnya sewaktu kecil.

'Si Anak' melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dengan tidak ada perasaan bosan dan lelah atau yang lainnya. Bahkan ketika kedua orang tuanya sudah tidur, dia rela menunggu keduanya bangun di pagi hari meskipun anaknya menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua harus didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan berbakti kepada orang tua harus didahulukan dari pada berbuat baik kepada istri sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma ketika diperintahkan oleh bapaknya (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ceraikan istrimuu" [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138, Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, "Hadits Hasan Shahih"]

Dalam riwayat Abdullah bin Mas'ud yang disampaikan sebelumnya disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua harus didahulukan daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Begitu besarnya jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yang kita lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua tidak akan dapat membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma melihat seorang menggendong ibunya untuk tawaf di Ka'bah dan ke mana saja 'Si Ibu' menginginkan, orang tersebut bertanya kepada, "Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?" Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma, "Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu" [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]

Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dengan beban yang dirasakannya sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwanya antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yang menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tidak ada yang bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dengan membawa ke dokter atau yang lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.

Keempat.

Dengan berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dalam hadits yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi" [Hadits Riwayat Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693]

Dalam ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan silaturahmi kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada teman-temannya tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tidak pernah berkumpul bahkan tidak kenal dengan kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dengan silaturahmi akan diakhirkannya ajal dan umur seseorang.[1] walaupun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits ini bahwa umurnya memang benar-benar akan dipanjangkan.

Kelima.

Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke jannah (surga).

Dosa-dosa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala segerakan adzabnya di dunia diantaranya adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Allah Subahanahu wa Ta'ala akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah.


[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta.]
_________
Foote Note.
[1] Riyadlush Shalihin, hadits No. 319


Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan PahalanyaMinggu, 7 Maret 2004 07:00:02 WIB

Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/404/slash/0

SUNNAH-SUNNAH DALAM MEMAKAI SANDAL/SEPATU



Sunnah-Sunnah Dalam Memakai Sandal/Sepatu

Oleh
Syaikh Khalid al Husainan



Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

"Artinya : Apabila diantaramu memakai sandal/sepatu maka mulailah dengan yang kanan dan apabila melepas sandal/sepatu mulailah dengan yang kiri. Dan pakailah sandal/sepatu secara bersamaan (memakai kedua nya) atau melepaskannya secara bersamaan" [Hadits Riwatar Muslim no. 2097]

Sunnah-sunnah tersebut adalah kebiasaan seorang muslim yang terjadi berulang kali dalam sehari semalamnya yaitu ketika ia memakai sandal/sepatu untuk masuk dan keluar menuju masjid, masuk dan keluar kamar mandi, tempat kerja yang berada diluar rumah. Sehingga dapat dikatakan bahwa memakai sandal/sepatu adalah kejadian lumrah yang terjadi berulang kali dalam keseharian seorang muslim.

Menerapkan sunnah tatkala setiap memakai atau melepaskan sandal/sepatu dengan menghadirkan niat (yang sungguh-sungguh untuk mengikuti sunnah) maka baginya akan mendapatkan kebaikan yang sangat besar. Kemudian seluruh gerak-gerik, diamnya (secara otomatis) akan senantiasa berdasarkan sunnah.



[Disalin dari kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]


Sunnah-Sunnah Dalam Memakai Sandal/SepatuKamis, 2 Desember 2004 07:07:24 WIB

Sunnah-Sunnah Dalam Memakai Sandal/SepatuSumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1205/slash/0

SUNNAH-SUNNAH YANG BERKAITAN DENGAN KELUAR MASUK KAMAR MANDI

Sunnah-Sunnah Yang Berkaitan Dengan Keluar Masuk Kamar Mandi

Oleh
Syaikh Khalid al Husainan



Sunnah-Sunnahnya Adalah:

[a]. Masuk dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan

[b]. Doa ketika masuk kamar mandi

"Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari godaan syaitan laki-laki dan perempuan [Hadits Riwayat Bukhari no. 142; 6322 dan Muslim no. 375]

[c]. Doa ketika keluar kamar mandi

"Artinya : Aku minta ampun kepada-Mu [Hadits Riwayat Seluruh penyusun sunan kecuali An Nasaa’i] [1]

Rutinitas manusia masuk kamar mandi dalam sehari semalam merupakan kebiasaan yang terjadi berulang kali dan setiap kali keluar masuk dari kamar mandi dengan menerapkan sunnah-sunnah tersebut maka ia telah melaksanakan dua sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallm ketika masuk (mendahulukan kaki kiri dan berdoa ketika masuk) dan dua sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika keluar (mendahulukan kaki kanan dan berdoa ketika keluar).

Makna dari 'al-khubusyu wal khabai'syi'" adalah syaitan dari jenis laki-laki dan perempuan. Berlindunglah kepada Allah dari kejahatan mereka karena sesungguhnya kamar mandi adalah tempat tinggal mereka


[Disalin dari kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]
_________
Foote Note.
[1] Hadits Riwayat Abu Dawud no. 39, Ibnu Majah no. 300 dan At-Tirmidzi no. 7. Dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil no. 52


Sunnah-Sunnah Yang Berkaitan Dengan Keluar Masuk Kamar MandiKamis, 29 Juli 2004 09:18:02 WIB

Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/946/slash/0

Kamis, 14 Agustus 2008

--Just For Share-- Liang Kubur, Awal Perjalanan kita di Akhirat

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله وكفى والصلاة والسلام على نبيه المصطفى، أما بعد

Khalifah kaum muslimin yang keempat Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu jika melihat perkuburan beliau menangis mengucurkan air mata hingga membasahi jenggotnya.

Suatu hari ada seorang yang bertanya:

تذكر الجنة والنار ولا تبكي وتبكي من هذا؟

“Tatkala mengingat surga dan neraka engkau tidak menangis, mengapa engkau menangis ketika melihat perkuburan?” Utsman pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن القبر أول منازل الآخرة فإن نجا منه فما بعده أيسر منه وإن لم ينج منه فما بعده أشد منه

“Sesungguhnya liang kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksaan)nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata, “hasan gharib”. Syaikh al-Albani menghasankannya dalam Misykah al-Mashabih)

Bagaimanakah perjalanan seseorang jika ia telah masuk di alam kubur? Hadits panjang al-Bara’ bin ‘Azib yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Imam al-Hakim dan Syaikh al-Albani menceritakan perjalanan para manusia di alam kuburnya:

Suatu hari kami mengantarkan jenazah salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari golongan Anshar. Sesampainya di perkuburan, liang lahad masih digali. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk (menanti) dan kami juga duduk terdiam di sekitarnya seakan-akan di atas kepala kami ada burung gagak yang hinggap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memainkan sepotong dahan di tangannya ke tanah, lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur!” Beliau ulangi perintah ini dua atau tiga kali.

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya seorang yang beriman sudah tidak lagi menginginkan dunia dan telah mengharapkan akhirat (sakaratul maut), turunlah dari langit para malaikat yang bermuka cerah secerah sinar matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga lalu duduk di sekeliling mukmin tersebut sejauh mata memandang. Setelah itu turunlah malaikat pencabut nyawa dan mengambil posisi di arah kepala mukmin tersebut. Malaikat pencabut nyawa itu berkata, ‘Wahai nyawa yang mulia keluarlah engkau untuk menjemput ampunan Allah dan keridhaan-Nya’. Maka nyawa itu (dengan mudahnya) keluar dari tubuh mukmin tersebut seperti lancarnya air yang mengalir dari mulut sebuah kendil. Lalu nyawa tersebut diambil oleh malaikat pencabut nyawa dan dalam sekejap mata diserahkan kepada para malaikat yang berwajah cerah tadi lalu dibungkus dengan kafan surga dan diberi wewangian darinya pula. Hingga terciumlah bau harum seharum wewangian yang paling harum di muka bumi.

Kemudian nyawa yang telah dikafani itu diangkat ke langit. Setiap melewati sekelompok malaikat di langit mereka bertanya, ‘Nyawa siapakah yang amat mulia itu?’ ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’, jawab para malaikat yang mengawalnya dengan menyebutkan namanya yang terbaik ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia mereka meminta izin untuk memasukinya, lalu diizinkan. Maka seluruh malaikat yang ada di langit itu ikut mengantarkannya menuju langit berikutnya. Hingga mereka sampai di langit ketujuh. Di sanalah Allah berfirman, ‘Tulislah nama hambaku ini di dalam kitab ‘Iliyyin. Lalu kembalikanlah ia ke (jasadnya di) bumi, karena darinyalah Aku ciptakan mereka (para manusia), dan kepadanyalah Aku akan kembalikan, serta darinyalah mereka akan Ku bangkitkan.’

Lalu nyawa tersebut dikembalikan ke jasadnya di dunia. Lantas datanglah dua orang malaikat yang memerintahkannya untuk duduk. Mereka berdua bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Rabbku adalah Allah’ jawabnya. Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah agamamu?’, ‘Agamaku Islam’ sahutnya. Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Beliau adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” jawabnya. ‘Dari mana engkau tahu?’ tanya mereka berdua. ‘Aku membaca Al-Qur’an lalu aku mengimaninya dan mempercayainya’. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit yang menyeru, ‘(Jawaban) hamba-Ku benar! Maka hamparkanlah surga baginya, berilah dia pakaian darinya lalu bukakanlah pintu ke arahnya’. Maka menghembuslah angin segar dan harumnya surga (memasuki kuburannya) lalu kuburannya diluaskan sepanjang mata memandang.

Saat itu datanglah seorang (pemuda asing) yang amat tampan memakai pakaian yang sangat indah dan berbau harum sekali, seraya berkata, ‘Bergembiralah, inilah hari yang telah dijanjikan dulu bagimu’. Mukmin tadi bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kebaikan’. ‘Aku adalah amal salehmu’ jawabnya. Si mukmin tadi pun berkata, ‘Wahai Rabbku (segerakanlah datangnya) hari kiamat, karena aku ingin bertemu dengan keluarga dan hartaku.

Adapun orang kafir, di saat dia dalam keadaan tidak mengharapkan akhirat dan masih menginginkan (keindahan) duniawi, turunlah dari langit malaikat yang bermuka hitam sambil membawa kain mori kasar. Lalu mereka duduk di sekelilingnya. Saat itu turunlah malaikat pencabut nyawa dan duduk di arah kepalanya seraya berkata, ‘Wahai nyawa yang hina keluarlah dan jemputlah kemurkaan dan kemarahan Allah!’. Maka nyawa orang kafir tadi ‘berlarian’ di sekujur tubuhnya. Maka malaikat pencabut nyawa tadi mencabut nyawa tersebut (dengan paksa), sebagaimana seseorang yang menarik besi beruji yang menempel di kapas basah. Begitu nyawa tersebut sudah berada di tangan malaikat pencabut nyawa, sekejap mata diambil oleh para malaikat bermuka hitam yang ada di sekelilingnya, lalu nyawa tadi segera dibungkus dengan kain mori kasar. Tiba-tiba terciumlah bau busuk sebusuk bangkai yang paling busuk di muka bumi.

Lalu nyawa tadi dibawa ke langit. Setiap mereka melewati segerombolan malaikat mereka selalu ditanya, ‘Nyawa siapakah yang amat hina ini?’, ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’ jawab mereka dengan namanya yang terburuk ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia, mereka minta izin untuk memasukinya, namun tidak diizinkan. Rasulullah membaca firman Allah:

لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط

“Tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga, sampai seandainya unta bisa memasuki lobang jarum sekalipun.” (QS. Al-A’raf: 40)

Saat itu Allah berfirman, ‘Tulislah namanya di dalam Sijjin di bawah bumi’, Kemudian nyawa itu dicampakkan (dengan hina dina). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah ta’ala:

وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيْحُ فِي مَكَانٍ سَحِيْقٍ

“Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31)

Kemudian nyawa tadi dikembalikan ke jasadnya, hingga datanglah dua orang malaikat yang mendudukannya seraya bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya. Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah agamamu?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ sahutnya. Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya. Saat itu terdengar seruan dari langit, ‘Hamba-Ku telah berdusta! Hamparkan neraka baginya dan bukakan pintu ke arahnya’. Maka hawa panas dan bau busuk neraka pun bertiup ke dalam kuburannya. Lalu kuburannya di ‘press’ (oleh Allah) hingga tulang belulangnya (pecah dan) menancap satu sama lainnya.

Tiba-tiba datanglah seorang yang bermuka amat buruk memakai pakaian kotor dan berbau sangat busuk, seraya berkata, ‘Aku datang membawa kabar buruk untukmu, hari ini adalah hari yang telah dijanjikan bagimu’. Orang kafir itu seraya bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kesialan!’, ‘Aku adalah dosa-dosamu’ jawabnya. ‘Wahai Rabbku, janganlah engkau datangkan hari kiamat’ seru orang kafir tadi. (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (XXX/499-503) dan dishahihkan oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak (I/39) dan al-Albani dalam Ahkamul Janaiz hal. 156)

Itulah dua model kehidupan orang yang telah masuk liang kubur. Jika kita menginginkan untuk menjadi orang yang dibukakan baginya pintu ke surga dan diluaskan liang kuburnya seluas mata memandang maka mari kita berusaha untuk memperbanyak untuk beramal saleh di dunia ini.

Suatu amalan tidak akan dianggap saleh hingga memenuhi dua syarat:

  1. Ikhlas
  2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan landasan dua syarat di atas.

Di antara dalil syarat pertama adalah firman Allah ta’ala:

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Di antara dalil syarat kedua adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan ditolak.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya (III/1344 no 1718))

Allah menghimpun dua syarat ini dalam firman-Nya di akhir surat Al-Kahfi:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Maka mari kita manfaatkan kehidupan dunia yang hanya sementara ini untuk benar-benar beramal saleh. Semoga kelak kita mendapatkan kenikmatan di alam kubur serta dihindarkan dari siksaan di dalamnya, amin.

Wallahu ta’ala a’lam, wa shallallahu ‘ala nabiyyyina muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.

Tulisan ini terinspirasi dari kitab Majalis Al-Mu’minin Fi Mashalih Ad-Dun-Ya Wa Ad-Din Bi Ightinam Mawasim Rabb Al-’Alamin, karya Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syahlub (II/83-86)

***

Penulis: Ustadz Abu Abdirrahman Abdullah Zaen, Lc.
Artikel www.muslim.or.id

Rabu, 13 Agustus 2008

Renungan sesaat --Kisah Pohon Apel--

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puasnya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di bawah pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Masa berlalu... anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu." Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab remaja itu." Aku ingin mainan. Aku perlukan uang untuk membelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih. Lalu pohon apel itu berkata, "

Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Jual untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu...Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu."Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Maukah kau menolongku?" Tanya anak itu."

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah daripadanya." Pohon apel itu memberikan cadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudian merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohon apel itu." Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Bolehkah kau menolongku?" tanya lelaki itu."

Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira," kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimakan usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu."

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nada pilu."
Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu karena aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu karena aku tidak mau untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tua itu."

Jika begitu, istirahatlah di perduku," kata pohonapel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis gembira.

Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua ibu bapa kita.

Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.

Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan.

Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.

Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapa mereka.

Hargailah jasa ibu bapa kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun.

Yang seharusnya seorang muslim lakukan jika mendengar kokok ayam, ringkikan keledai atau gonggongan anjing...

PETUNJUK KETIKA MENDENGAR KOKOK AYAM ATAU RINGKIKAN KELEDAI

إِذَا سَمِعْتُمْ صِیَاحَ الدِّیْكَةِ فَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِھِ، فَإِنَّھَا
رَأَتْ مَلَكًا، وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَھِیْقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنَ الشَّیْطَانِ،
فَإِنَّھُ رَأَى شَیْطَانًا.
"Apabila kamu mendengar ayam berkokok, mintalah anugerah kepada Allah, sesungguhnya ia melihat malaikat. Tapi apabila engkau mendengar keledai meringkik, mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, sesungguhnya ia melihat setan”.

(HR. Bukhari dengan Fathul Bari: 6/350, Muslim: 4/2092)


PETUNJUK APABILA MENDENGAR ANJING MENGGONGGONG

إِذَا سَمِعْتُمْ نُبَاحَ الْكِلاَبِ وَنَھِیْقَ الْحَمِیْرِ بِاللَّیْلِ فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ
مِنْھُنَّ فَإِنَّھُنَّ یَرَیْنَ مَا لاَ تَرَوْنَ.

“Apabila kamu mendengar anjing menggonggong dan mendengar keledai meringkik di
malam hari, mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya mereka melihat apa yang tidak kamu lihat"

(HR. Abu Dawud: 4/327, Ahmad: 3/306. Al-Albani, menshahihkannya, dalam Shahih Abi Dawud: 3/961)

Dahsyatnya Syirik

***

Setiap muslim pasti mengetahui bahwa syirik hukumnya adalah haram. Namun, apakah kita telah mengetahui hakikat syirik serta seberapa besar tingkat keharaman dan bahayanya? Boleh jadi ada yang berkata, “Syirik itu haram, harus ditinggalkan!”, namun dalam kesehariannya justru bergelimang dalam amalan kesyirikan sedangkan ia tidak menyadarinya. Oleh karena itu ada baiknya kita kupas permasalahan ini agar tidak terjadi kerancuan di dalamnya.

Makna Syirik

Alloh memberitakan bahwa tujuan penciptaan kita tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman Alloh, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56). Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Alloh baik berupa perkataan atau perbuatan, yang lahir maupun yang batin. Ibadah disini meliputi do’a, sholat, nadzar, kurban, rasa takut, istighatsah (minta pertolongan) dan sebagainya. Ibadah ini harus ditujukan hanya kepada Alloh tidak kepada selain-Nya, sebagaimana firman Alloh Ta’ala, “Hanya kepadaMu lah kami beribadah dan hanya kepadaMu lah kami minta pertolongan.” (Al Fatihah: 5)

Barangsiapa yang menujukan salah satu ibadah tersebut kepada selain Alloh maka inilah kesyirikan dan pelakunya disebut musyrik. Misalnya seorang berdo’a kepada orang yang sudah mati, berkurban (menyembelih hewan) untuk jin, takut memakai baju berwarna hijau tatkala pergi ke pantai selatan dengan keyakinan ia pasti akan ditelan ombak akibat kemarahan Nyi Roro Kidul dan sebagainya. Ini semua termasuk kesyirikan dan ia telah menjadikan orang yang sudah mati dan jin itu sebagai sekutu bagi Alloh subhanahu wa ta’ala.

Kedudukan Syirik

Syirik merupakan dosa besar yang paling besar. Abdullah bin Mas’ud rodhiyallohu ta’ala ‘anhu berkata: Aku pernah bertanya kepada Rosululloh , “Dosa apakah yang paling besar di sisi Alloh?” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau menjadikan sekutu bagi Alloh, padahal Dialah yang telah menciptakanmu.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Maka sudah selayaknya bagi kita untuk berhati-hati jangan sampai ibadah kita tercampuri dengan kesyirikan sedikit pun, dengan jalan mempelajari ilmu agama yang benar agar kita mengetahui mana yang termasuk syirik dan mana yang bukan syirik. Hendaklah kita merasa takut terjerumus ke dalam kesyirikan, karena samarnya permasalahan ini sebagaimana sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Wahai umat manusia, takutlah kalian terhadap kesyirikan, karena syirik itu lebih samar dari (jejak) langkah semut.” (HR. Ahmad)

Syirik Menggugurkan Seluruh Amal

Orang yang dalam hidupnya banyak melakukan amal sholeh seperti sholat, puasa, shodaqoh dan lainnya, namun apabila dalam hidupnya ia berbuat syirik akbar dan belum bertaubat sebelum matinya, maka seluruh amalnya akan terhapus. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan jika seandainya mereka menyekutukan Alloh, maka sungguh akan hapuslah amal yang telah mereka kerjakan.” (Al- An’am: 88)

Begitu besarnya urusan ini, hingga Alloh Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu Jika kamu mempersekutukan Alloh, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az Zumar: 65). Para Nabi saja yang begitu banyak amalan mereka diperingatkan oleh Alloh terhadap bahaya syirik, yang apabila menimpa pada diri mereka maka akan menghapuskan seluruh amalnya, lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita merasa aman dari bahaya kesyirikan?

Oleh karena itu beruntunglah orang-orang yang menyibukkan diri dalam mempelajari masalah tauhid (lawan dari syirik) dan syirik agar bisa terhindar sejauh-jauhnya, serta merugilah orang-orang yang menyibukkan dirinya dalam masalah-masalah yang lain atau bahkan menghalang-halangi dakwah tauhid!!

Pelaku Syirik Akbar Kekal di Neraka dan Dosanya Tidak Akan Diampuni Oleh Alloh Ta’ala

Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki.” (An-Nisa’: 48). Juga firman-Nya yang artinya, “Barangsiapa yang mensekutukan Alloh, pasti Alloh haramkan atasnya untuk masuk surga. Dan tempatnya adalah di neraka. Dan tidak ada bagi orang yang dhalim ini seorang penolongpun.” (Al-Ma’idah: 72).

Orang Musyrik Haram Dinikahi

Hal ini berdasarkan firman Alloh yang artinya, “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Alloh mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah: 221)

Sembelihan Orang-Orang Musyrik Haram Dimakan

Alloh Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Alloh ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (Al-An’am: 121)

Begitu besarnya bahaya syirik, maka sudah selayaknya bagi setiap orang untuk takut terjerumus dalam dosa ini yang akan menyebabkan ia merugi di dunia dan di akhirat. Bagaimana mungkin kita tidak takut padahal Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam saja takut terhadap masalah ini? Sampai-sampai beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam berdoa supaya dijauhkan dari perbuatan syirik. Beliau mengajarkan sebuah do’a yang artinya, “Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu padahal aku mengetahui bahwa itu syirik. Dan ampunilah aku terhadap dosa yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad)

Semoga Alloh Ta’ala menjaga kita semua dari kesyirikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita shollallohu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

***

Penulis: Ibnu Ali Sutopo Yuwono
http://muslim.or.id/aqidah/dahsyatnya-syirik.html

Selasa, 12 Agustus 2008

--Bercermin Para Salaf-- Menjelang Kematian Abu Bakar As-Shidiq ra

Oleh Mashadi

http://www.eramuslim.com/atk/bps/8811130956-menjelang-kematian.htm

Bentuk keadilan Allah Rabbul Azis adalah tentang adanya kematian. Semua manusia pasti akan menemui kematian.

Tak ada satupun manusia yang dapat menolak dan menunda datangnya kematian. Kematian bukanlah episode akhir kehidupan manusia. Masih ada kehidupan yang lebih panjang, yang bersifat kekal-abadi, dan selama-lamanya, yaitu kehidupan akhirat. Kelak, posisi manusia di akhirat, sangatlah ditentukan selama kehidupannya di dunia.

Abu Bakar As-Shidiq ra, menjelang wafatnya, putrinya Aisyah datang menemui beliau. Aisyah duduk di dekat kepala ayahnya. Ia menangis: “Ayah, benar kata orang dahulu yang bersyair,
“Sungguh! Tidak ada gunanya kekayaan dunia,
Ketika napas tersengal dan dada sesak”.

Lalu, Abu Bakar ra menoleh kepada Aisyah, dan berkata: “Anakku, jangan bicara seperti itu”, ucap ayahnya. Lalu Khalifah Abu Bakar melanjutkan, katakanlah: “Dan, datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari”. (Qur’an: Qaf:19).

Sesudah Abu Bakar As-Shidiq wafat, banyak orang yang sibuk mencari harta peninggalannya. Khalifah Islam yang kekuasaannya sangat luas, membentang dari Bagdad sampai ke Afrika Utara, dan memimpin Dunia Islam, di mana ‘emas dunia’ (harta kekayaan ) berada di bawah kekuasaannya, rakyatnya hanya mendapati peninggalannya berupa seekor baghal dan dua potong pakaian. Sebelum wafatnya Abu Bakar berwasiat: “Kafani aku dengan satu kain saja. Kirimkan baghal dan pakaian yang satunya kepada Khalifah Umar Ibn Kaththab. Dan, katakana kepadanya: “Wahai Umar, bertakwalah kepada Allah. Jangan sampai Allah Ta’ala mewafatkan seperti aku ini”.

Ketika baghal dan k ain itu sampai kepada Umar, ia terduduk menangis seraya berkata: “Engkau menyusahkan khalifah sesudahmu, wahai Abu Bakar!”. Benar, demi Allah, Abu Bakar telah menyulitkan kahlifah sesudahnya. Demi Allah, Abu Bakar menyusahkan setiap pemimpin (Khalifah) sesudahnya untuk meneladani dan mengikuti jejak langkahnya.

Ibnul Qayim mengisahkan bahwa setiap pagi, bersamaan terbitnya fajar matahari, Abu Bakar keluar rumah menuju kemah yang berada dipinggiran kota Madinah, tujuannya ia menemui seorang rakyatnya, wanita tua renta, buta, malang, dan sangat menderita. Abu Bakar ra menyapukan rumahnya, memasakkan makanan, dan memerahkan susu kambingnya. Inilah yang dilakukan Abu Bakar ra, orang pertama setelah Rasulullah Saw, mujahid agung, dan Khalifah Rasulullah Saw. Dan, usai membantu wanita tua itu, Abu Bakar ra, kembali ke Madinah.

Umar pernah mengkuti kepergian Abu Bakar. Ke mana Khalifah Islam itu pergi setiap pagi? Ketika Abu Bakar keluar dari rumah orang tua itu, Umar pun masuk. Umar bertanya:“Kamu siapa?”, ucapnya. “Saya hanyalah seoran perempuan tua yang malang, dan menderita. Suami saya sudah lama meninggal dunia, dan tidak ada yang menghidupi saya setelah Allah, kecuali orang yang datang tadi”, jawab wanita tua itu.
Umar bertanya:“Kamu mengenalnya?”,
“Tidak.Demi Allah, saya tidak mengenalnya”, jawab wanita tua itu.
Umar bertanya lagi: “Lalu apa yang dia lakukan?”,
“Menyapu rumah, menolong memerahkan susu, dan membuatkan makanan!”, jawab wanita tua itu.

Mendengar tutur wanita itu, Umar terduduk sambil menangis.
Semoga Allah Ta’ala melimpahkan kesejahteraan kepada Abu Bakar, dan di antara orang-orang yang kekal di surga Nya. Semoga Allah Ta’ala meridhai nya di antara orang-orang yang shidiqin. Semoga pula Allah Ta’ala mempertemukan orangl-orang mu’min dengannya di surga. Amin. (disarikan dari Saat Mau tMenjemput - Aid al-Qarni)

--Just For Share-- DOA MENGANTISIPASI KELUARNYA DAJJAL

Oleh Ihsan Tandjung

(http://www.eramuslim.com/atk/rbb/8810155436-doa-mengantisipasi-keluarnya-dajjal.htm)

Tanda besar Kiamat yang paling pertama ialah keluarnya Dajjal. Dajjal merupakan anak Adam yang menjadi fitnah paling dahsyat sepanjang zaman. Bila Dajjal sudah keluar banyak manusia akan tersihir untuk mengakui bahkan mengimani Dajjal sebagai tuhan. Mereka mengira Dajjal adalah yang paling berkuasa di muka bumi. Banyak manusia akan meninggalkan keimanan kepada Allah ta’aala karena mengagumi Dajjal. Ia menjadi fitnah paling dahsyat sepanjang zaman. Bila manusia meyakini ada yang lebih berkuasa di muka bumi selain Allah ta’aala berarti ia telah menjadi musyrik, mempersekutukan Allah ta’aala dengan sesuatu selain Allah ta’aala.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ
مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Allah ta’aala tidak menurunkan ke muka bumi, sejak penciptaan Adam ’alihis-salaam hingga hari Kiamat, fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 1672)

Yusuf Al-Wabil mengatakan bahwa Dajjal adalah Al-Masih kesesatan yang menyebarkan huru-hara kepada manusia dengan kejadian-kejadian luar biasa seperti sanggup menurunkan hujan, menghidupkan bumi dengan tumbuh-tumbuhan, menghidupkan orang yang sudah mati dengan izin Allah ta’aala dan lain sebagainya. Berbagai kehebatan inilah yang menyebabkan manusia mempercayainya sebagai tuhan.

Asal makna ”dajjal” ialah ”al-kholath” (mencampur, mengacaukan, membingungkan). Dikatakan bahwa ”seseorang itu berbuat dajjal bila ia menyamarkan dan memanipulasi”, dan Dajjal adalah manipulator dan pembohong yang luar biasa.. Ia dinamakan Dajjal karena ia menutupi kebenaran dengan kebatilan, atau karena ia menutup kekafirannya terhadap orang lain dengan kebohongan, kepalsuan dan penipuannya atas mereka.

Berdasarkan hadits Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam diisyaratkan bahwa keluarnya Dajjal bilamana ada dua kondisi di masyarakat: pertama, bila kebanyakan orang awam melupakan atau mengabaikan eksistensi Dajjal. Dan kedua, bila para Imam, da’i, muballigh atau tokoh Islam tidak memandang perlu memperingatkan ummat akan fitnah dahsyat Dajjal melalui mimbar-mimbar tempat mereka berda’wah atau berkhotbah.

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى

يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ

“Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam di atas mimbar-mimbar tidak mengingatkannya.” (HR Ahmad 16073)

Sejujurnya, kedua kondisi yang diperingatkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tampaknya sudah menjadi realitas kita dewasa ini. Maka sudah sepantasnya ummat Islam mempersiapkan diri menghadapi fitnah paling dahsyat ini. Jangan hendaknya kita bersantai-santai dan menganggap bahwa keluarnya Dajjal masih lama barangkali baru pada generasi anak atau cucu kita nanti.

Bahkan Ahmad Thompson, seorang penulis muslim berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku berjudul Dajjal: the Anti-Christ. Dalam buku tersebut ia menjelaskan bahwa peradaban dunia semenjak sekitar seratus tahun belakangan ini telah menjelma menjadi sebuah Sistem Dajjal. Yaitu sebuah sistem kafir yang segenap lini kehidupannya didominasi oleh Dajjalic Values (nilai-nilai Dajjal). Sebuah sistem yang secara diameteral bertolak belakang dengan sistem Kenabian yang didominasi oleh nilai-nilai keimanan. Coba perhatikan, tidak ada satupun aspek kehidupan modern dewasa ini yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sebut saja bidang ideologi, politik, sosial, moral, seni-budaya, ekonomi, pendidikan, militer dan pertahanan keamanan. Semua telah di-shibghah (baca: dicelup) oleh nilai-nilai kekufuran jauh dari shibghah Islamiyyah (celupan Islam). Sistem Dajjal ini sedang menanti kehadiran oknum pimpinannya. Bila sekarang Dajjal keluar maka ia akan segera dinobatkan menjadi pimpinan sistem dunia modern. Sebab sistem ini dibangun agar compatible dengan kehadiran Dajjal.

Maka dalam situasi dunia seperti ini ummat Islam menjadi lebih relevan lagi untuk meningkatkan penghayatannya ketika membaca doa yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di akhir sholatnya pada saat tahiyat akhir menjelang salam ke kanan dan ke kiri.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu ia berkata: Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Bila kalian membaca tasyahud terakhir maka hendaknya berlindung kepada Allah ta’aala dari empat perkara, "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari (1) azab jahannam dan (2) azab kubur dan (3) fitnah kehidupan serta kematian dan dari (4) jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR Muslim 923)

Senin, 11 Agustus 2008

==Just For Share== Larangan Keras Tidak Bersuci Dari Air Kencing

Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali
Thursday, 31 July 2008

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas r.a berkata, “Rasulullah saw. melewati salah satu kebun di kota Madinah. Beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang disiksa dalam kubur mereka. Rasulullah saw. bersabda, ‘Keduanya tidaklah disiksa karena perkara yang besar.’[1] ‘Ya! Salah seorang dari keduanya tidak melindungi diri dari air kencingnya, sedang yang satunya lagi suka menyebarkan namimah (adu domba-ed.).’ Kemudian beliau meminta pelepah kurma, lalu membelahnya dua bagian setelah itu beliau letakkan di atas kubur keduanya. Ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau berbuat seperti itu?’ Beliau menjawab, ‘Mudah-mudahan diringankan adzab mereka berdua selama pelepah itu belum mengering’,” (HR Bukhari [216] dan Muslim [292]).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Kebanyakan adzab kubur itu disebabkan air kencing’,” (Shahih, HR Ibnu Majah [348], Ahmad [II/326], [388] dan [389], dan al-Hakim [I/183]).

Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Hasanah r.a. berkata, “Rasulullah saw. keluar menemui kami, sedang di tangan beliau terdapat sebuah daraqah [2] lalu beliau meletakkannya. Kemudian beliau buang air kecil di sebaliknya. Sebagian orang berkata, ‘Coba lihat kepadanya, ia buang air kecil layaknya kaum wanita.’ Rasulullah saw. mendengar perkataan tersebut, beliau bersabda, ‘Celaka kalian, tahukah kalian musibah yang menimpa salah seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil? Dahulu Bani Israil harus memotong dengan gunting bagian yang terkena cipratan air kencing.’ Lalu lelaki itu melarang mereka melakukan hal tersebut. Maka lelaki itupun diadzab dalam kuburnya,” (Shahih, HR Abu Dawud [22], an-Nasa’i [I/26-28], Ibnu Majah [346], Ahmad [IV/196], al-Humaidi [882], al-Hakim [I/184], Ibnu Abi Syaibah [I/222] dan [III/375-376] dan al-Baihaqi [I/104]).

Kandungan Bab:

  1. Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa air kencing Bani Adam adalah najis, wajib menjauhi dan membersihkan diri darinya.
  2. Tidak membersihkan diri dari air kencing termasuk dosa besar.
  3. Tidak membersihkan diri dari air kencing membuat pelakunya berhak mendapat adzab kubur, semoga Allah swt melindungi kita dari adzab kubur.

-------------------------------------------

[1] Al-Khaththabi berkata dalam kitab Ma’aalimus Sunan [I/27], “Maknanya adalah, keduanya tidaklah diadzab karena perkara yang besar bagi keduanya atau yang sulit mereka lakukan sekiranya mereka mau melakukannya, yaitu membersihkan diri dari air kencing dan meninggalkan namimah (adu domba). Maksudnya, bukanlah kedua maksiat tersebut tidak termasuk ke dalam dosa besar dalam pandangan agama dan bahwa dosanya dianggap ringan dan sepele.”

[2] Yakni, sebuah perisai dari kulit yang tidak terdapat padanya kayu ataupun ikatan.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 1/298-300.

Oleh: Fani (http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1329&Itemid=56)

Rabu, 06 Agustus 2008

--Just to Share-- Surat Balasan Heraklius

Di dalam versi yang dikeluarkan oleh Abdullah bin Ahmad dan Abu Ya'la dari Said bin Abu Rasyid, katanya: Aku pernah menemui orang Tanukhi (dari negeri Tanukh) yang menjadi utusan Heraklius kepada Rasulullah SAW di Himsh (Syam), dan ketika itu dia seorang yang sudah sangat tua, dan dia tetanggaku maka aku berkata kepadanya:

"Bolehkah engkau ceritakan kepadaku tentang surat kiriman Heraklius kepada Nabi SAW dan surat Beliau yang dikirimkan kepada Heraklius", aku membujuknya. "Boleh", jawabnya singkat. Orang tua itu lalu bercerita, katanya: Bila Rasulullah SAW tiba di Tabuk, Beliau mengutus Dihyah Al-Kalbi ra. kepada Heraklius, pembesar Romawi. Apabila surat Rasulullah SAW itu sampai ke tangan Heraklius, dipanggilnya semua rahib-rahib gereja dan pendetanya. Bila semua mereka telah hadir ditutupnya semua pintu-pintu, dan tinggallah kami bersama dengannya. Heraklius berkata: "Utusan ini datang kepada kita, sebagaimana kamu sekalian melihatnya, dan dia menyeruku untuk memilih salah satu dari tiga perkara berikut: Dia menyeruku untuk mengikuti agamanya, ataupun membayar upeti Jizyah dari hasil negeri kita, sedang negeri ini tetap di bawah kekuasaan kita, ataupun kita menemui mereka di medan perang! Demi Allah, kamu semua telah mengetahui dari apa yang kamu baca di dalam kitab-kitab kamu, bahwa kamu akan dikalahkannya. Maka lebih baiklah, kita mengikut agamanya, ataupun kita berikan saja upeti dari hasil harta kita"! Semua yang berkumpul di situ tidak senang dengan kata-kata Heraklius itu, muka mereka merah padam kerana marah. Mereka berkata: "Apakah engkau mengajak kita untuk meninggalkan agama Kristen, supaya kita menjadi hamba kepada si orang badui yang datang dari negeri Hijaz itu?" Heraklius terkejut mendengar tentangan keras dari ahli-ahli agama itu. Dia kini yakin, bila mereka keluar dari pertemuan itu, tentu mereka akan sebarkan berita itu di luar kepada penguasa-penguasa negara, dan tentulah dia akan diturunkan dari kerajaannya. Maka segeralah dia berkelit: "Eh, nanti dulu! Jangan terburu nafsu!" kata Heraklius mempertahankan dirinya. "Sebenarnya aku katakan begitu hanya untuk menguji pendirian kamu, apakah kamu tetap teguh atas agama kamu itu?!" sambungnya lagi. Kemudian Heraklius memanggil seorang Arab berbangsa Tujib yang memang menganut agama Nasrani dari kaum Arab Kristen, lalu dia memerintahkan: "Tolong carikan bagiku", kata Heraklius, "seorang yang pandai berbicara bahasa Arab, yang lidahnya lidah orang Arab. Bawa dia ke mari untuk membawa surat jawabanku kepada si orang badui itu".

Berkata orang tua dari Tanukhi itu memberitakan peristiwa lama yang dialaminya, katanya: "Aku pun dibawa kepada Heraklius lalu dia menyerahkan kepadaku sepucuk surat yang ditulis di atas tulang, lalu dia berkata pula: "Bawalah suratku ini kepada orang yang mengaku Nabi itu", kata Heraklius. "Tetapi dengar baik-baik apa yang dikatakannya, dan ingat tiga hal berikut ini, jika dia sebutkan.

Perhatikan jika dia menyebut sesuatu tentang surat yang dikirimkan kepadaku, dengar apa komentarnya? Perhatikan bila dibacakan suratku kepadanya, apakah dia akan menyebut perkataan malam! atau tidak? Dan yang terakhir, coba berusaha sampai engkau dapat melihat di belakang tubuhnya, adakah suatu tanda yang menarik perhatianmu?! Ingat baik-baik tiga perkara ini, dan beritahu apa yang engkau lihat kepadaku!" pesan Heraklius dengan hati-hati.

Aku pun berangkat pergi membawa surat Heraklius itu, hingga aku tiba di Tabuk. Di situ aku bertanya kepada para sahabatnya: "Di mana ketua kamu, yang dikatakan Nabi?" tanyaku. "Di sana itu! Yang sedang duduk dikelilingi orang", jawab mereka. Aku lihat Nabi SAW itu sedang duduk di tepi takungan Air, di mana dia telah dikelilingi oleh para sahabatnya. Aku pun maju ke depan, lalu mereka memberikanku tempat di depannya, bila diketahuinya aku datang sebagai utusan dari Heraklius. Aku pun menyerahkan surat itu kepadanya, dan diletakkan surat itu di atas pangkuannya. Kemudian dia berkata kepadaku: "Dari mana engkau?" "Aku orang Tanukh!" jawabku. "Maukah engkau kembali kepada agama yang suci dari kepercayaan nenek moyang kamu Ibrahim (AS)?" tanya Nabi SAW kepadaku. "Aku ini utusan sebuah negara dan menganut agama negara itu, tidaklah wajar aku mengubah agamaku ini sehinggalah aku kembali kepada mereka dulu!" jawabku dengan jujur. "Memang benar Tuhan telah mengatakan: Sesungguhnya engkau, hai Muhammad, tidak mampu memberikan petunjuk kepada siapa yang engkau suka, akan tetapi Allah-lah yang akan memberikan petunjuk itu kepada siapa yang disukai-Nya, dan Dia adalah lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk itu!" Nabi SAW terlihat kesal sekali, apabila orang menolak untuk menerima Islam. Aku berdiam diri saja, tidak tahu apa yang mesti aku katakan lagi.

"Hai saudara dari Tanukh!" tiba-tiba Nabi SAW menyeruku. "Aku telah menulis surat kepada Kisra (Pembesar Parsi), lalu suratku dikoyak-koyakkannya, kelak Allah akan mengoyak-ngoyakkannya dan kerajaannya", Nabi SAW berdiam sebentar. Kemudian menyambung lagi: "Dan aku menulis surat kepada Pembesarmu, maka dia masih ragu-ragu lagi, dan orang ramai masih boleh membuat alasan (tidak tahu) selama kehidupan mereka aman tenteram". Nabi SAW berhenti sebentar. Mendengar ucapan Beliau tadi aku berkata kepada diriku: Nah, salah satu dari tiga yang dipesan oleh Heraklius supaya aku ingat baik-baik. Aku pun keluarkan sarung isi panahku, lalu aku catat pada kulitnya. Kemudian Beliau menyerahkan surat Heraklius itu kepada seorang yang duduk di kirinya untuk dibacakannya. Aku lalu membisik orang yang di sebelahku bertanya: "Siapa dia orang yang akan membaca surat Heraklius itu?" "Mu'awiyah!" jawab mereka. Tiba-tiba dalam surat pembesarku Heraklius ada sebutan mengajak ke syurga yang luasnya seluas petala langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa". Kemudian ada bertanya: "Di mana letaknya neraka? Bila mendengar saja bunyi pertanyaan itu, Nabi SAW pun menjawab: "Subhanallah!, ajaib sekali pertanyaan ini?!" ujar Nabi SAW "Jadi di manakah malam bila datang siang?!" tanya Beliau. Aku berkata pada diriku: Ini satu lagi dari ucapan Beliau yang mesti aku catat. Beliau telah menyebut malam, yang mesti aku sampaikan kepada Heraklius nanti. Sesudah selesai dibacakan kepada Beliau surat yang aku bawa itu, Beliau lalu berkata kepadaku: "Engkau patut diberi hadiah kerana engkau utusan kepada kami", ujar Beliau. "Kalau kami ada hadiah, tentu kami akan berikan kepadamu. Akan tetapi kami sekalian adalah orang-orang musafir yang memyimpan bekal yang terbatas", jelas Beliau. Tiba-tiba terdengar suatu suara dari hadapan Beliau, suara salah seorang sahabatnya: "Aku yang akan memberikannya hadiah, jika engkau benarkan, ya Rasulullah!" Orang itu lalu mengeluarkan dari bungkusannya sepasang pakaian kuning dan diletakkannya di pangkuannya. Lalu aku bertanya ingin tahu: "Siapa yang menghadiahkanku pakaian ini?" "Usman!" jawab mereka. Kemudian Rasulullah SAW berkata pula: "Siapa suka menerima orang ini sebagai tamunya?" "Saya!" kata seorang pemuda dari kaum Anshar. Orang Anshar itu pun bangun mengajak aku pergi.

Apabila aku hampir meninggalkan majlis Nabi SAW itu, Beliau memanggilku pula seraya berkata: "Hai saudara dari Tanukh!", kata Nabi SAW. Aku pun segera mendekatinya sehingga aku berdiri di sisinya. Beliau lalu menarik pakaiannya sehingga terbuka bagian belakangnya, sambil berkata kepadaku: "Mari ke sini, tunaikanlah tugasmu, sebagaimana yang disuruh oleh tuanmu!" kata Beliau. Maka terlihatlah padaku apa yang bertanda di belakang badannya itu, yaitu semacam cap (khatamun-nubuwah) di bagian atas bahunya seperti tanda bulat

(Al-Haitsami: Ma'ma'uz-Zawa'id 8:235-236; Al-Bidayah Wan-Nihayah 5:15)
Dikutip dari : http://sahabatnabi.0catch.com/tanukhi.htm


Senin, 04 Agustus 2008

Sopir Bis di London, "Para Penumpang, Turun. Saya Mau Salat Dulu"

Subhanallah....disaat banyak saudara kita disini malas dan meremehkan sholat Fardhu...ada saudara kita di london, Inggris yang baru saja masuk islam, dengan yakin dan penuh kesadaran akan kewajibannya melaksanakan sholat ashar padahal ia lagi mengemudikan bis umum, sehingga terpaksa bis harus berhenti sejenak. Inilah berita selengkapnya dalam www.eramuslim.com (3/4/2008) lalu. Semoga dapat memotivasi kita agar tidak meremehkan sholat fardhu. Ya Allah, limpahkanlah Rahmat dan kasih sayang-Mu kepada sopir bis tersebut dan kita semua, Amin.

********************
Seorang sopir bis di Inggris membuat para penumpangnya kaget ketika tiba-tiba si sopir menghentikan bisnya dan menyuruh para penumpang turun karena ia ingin salat dulu.

Harian Inggris The Sun yang menurunkan laporan ini menulis, sopir bis adalah seorang mualaf bernama Harun. Pada The Sun, Harun mengatakan, ia terpaksa menyuruh para penumpang turun karena ia harus segera salat karena waktu salat Ashar hampir habis.

"Sebagai seorang Muslim, saya salat lima waktu sehari semalam, tapi biasanya saya tidak pernah menyuruh penumpang turun untuk salat, " tulis The Sun mengutip pernyataan Harun.

Para penumpang sangat kaget ketika disuruh turun, mereka pikir si sopir sedang bercanda sampai mereka melihat sopir bernama Harun itu menggelar sejadahnya dan mulai salat. Para penumpang mulai protes dan seorang perempuan dengan heran berseru, "Apa yang dia lakukan? Saya akan terlambat masuk kerja, " tulis The Sun.

Setelah selesai melaksanakan salatnya, Harun dengan tenang membuka pintu bisnya dan mempersilahkan para penumpang naik kembali. Tapi mereka menolak naik ke bis, hanya karena melihat Harus membawa ransel. Menurut The Sun, para penumpang takut dan berpikir bahwa Harun bisa saja seorang fanatik yang ingin meledakkan bom di bis, seperti tragedi bom London tahun 2005 lalu.

"Setelah melihat tak seorang pun mau naik lagi ke bis, si sopir lalu pergi dan kami semua menunggu bis berikutnya yang datang 20 menit kemudian, " kata seorang penumpang pada The Sun.

Atas kejadian ini, perusahaan bis bersangkutan, United London menyatakan akan melakukan investigasi. (ln/al-arby)

********************

Jumat, 01 Agustus 2008

PEMBATAL-PEMBATAL KEISLAMAN

Sesungguhnya banyak sekali hal-hal yang dikategorikan sebagai pem-batal ke-Islam-an, namun para ulama banyak menyebutkan sepuluh pem-batal yang paling berbahaya dan paling banyak dikerjakan ummat.
Pembatal-pembatal ke-Islam-an tersebut adalah:

1. Syirik atau mengadakan sekutu dalam beribadah kepada Allah –Sub-hānahu wa Ta’ālā–.

2. Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai wasīlah (perantara) dalam doa, syafa’at dan tawakkal.

3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, menyangsikan kekafiran mereka atau malahan membenarkan keyakinan mereka.

4. Meyakini bahwa petunjuk selain petunjuk Nabi Muhammad –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– adalah lebih sempurna dan lebih baik.

Mengganggap suatu hukum atau undang-undang selainnya lebih baik daripada syari’at Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama– dan lebih mengutamakan hukum thāghūt daripada hukum Rasulullah –Shal-lallahu ‘alayhi wa Sallama–. Apabila ada seseorang meyakini bahwa un-dang-undang yang dibuat manusia lebih utama dan lebih baik dari-pada syari’at Islam, maka ia telah kafir.

Demikian pula apabila ia menganggap bahwa syari’at Islam sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, atau bahkan berang-gapan bahwa agama Islam hanya menyangkut hubungan ritual antara hamba dengan Rabbnya dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan masalah duniawi. Demikian pula apabila seseorang memandang bahwa pelaksanaan syari’at Islam, misalnya masalah rajam dan qishash, sudah tidak sesuai lagi dengan peradaban modern (atau Hak Asasi Manusia). Begitu pula mereka yang beranggapan bahwa seseorang diperboleh-kan untuk tidak berhukum dengan hukum atau syari’at Allah –Subhā-nahu wa Ta’ālā– dalam hal sosial kemasyarakatan dan hukum-hukum lainnya, maka ia telah kafir, meskipun belum sampai pada keyakinan bahwa hukum yang dianutnya lebih utama dari hu-kum Islam.

5. Membenci hal-hal yang berasal dari Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–, walaupun mengamalkannya.

6. Mengolok-olok sebagian ajaran yang dibawa Rasulullah –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–, seperti pahala atau balasan yang akan diterima.

7. Melakukan sihir, karena pelakunya dihukumi kafir.

8. Loyal terhadap orang kafir serta memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang musyrik untuk memerangi kaum muslimin.

9. Beranggapan bahwa manusia boleh keluar dari syari’at atau ajaran Nabi Muhammad –Shallallahu ‘alayhi wa Sallama–.

10. Berpaling dari agama Allah –Subhānahu wa Ta’ālā–, baik karena tidak mau mempelajarinya atau karena tidak mau mengamalkannya.

sumber : http://www.arrahmah.com/index.php/blog/detail/pembatal-pembatal-keislaman/