Senin, 19 Mei 2008

Benteng Terakhir (Pengantar) -Just To Share-

Dikutip dari eramuslim.com (Oleh Siti Aisyah Nurmi )

Selat Bosporus di tahun 1900 Angin semilir menghembus pohon-pohon di pantai. Aroma air asin tak terasa amis maupun mengganggu. Matahari belum tampak, namun cahayanya sudah membentuk bayang-bayang indah menyoroti dinding istana Dolma Bahce. Di tepi pantai seorang anak lelaki duduk menikmati subuh. Ia baru saja shalat dan kini melipat alas shalatnya sebagai tempat duduk. Pagi ini ayahnya akan pulang. Matanya sebentar-sebentar nanar menatap ke mulut Selat Bosporus, menanti sosok bayangan kapal sang ayah. Kelak ia akan melaporkan pada ayahnya bahwa kemarin ia sudah berhasil menghafal surat Al-Kahfi, ayahnya akan senang, karena itulah cita-cita ayahnya, yaitu agar ia kelak menjadi ulama Al-Qur’an. Damai di sisi Istana di tepi Selat yang memisahkan 2 benua tersebut.

Al-Hamra ditahun 1326 Taman-taman indah, pohon rindang di halaman istana yang cantik. Batu-batu berwarna menjadi batu pijakan, di rembang senja seolah bersinar di temaram maghrib. Suasana yang damai. Dikejauhan terdengar dengungan merdu, sejumlah remaja sedang menderas bait-bait indah dari kitab terindah sepanjang masa. Damai. Itu yang terasa.

Kufah ditahun 140 H Siang panas dimusim seperti ini terasa menyengat. Di bawah kubah minaret angin berhembus perlahan, menyampaikan segarnya oksigen yang dihasilkan sederet pohon di sekitar masjid megah di tengah kota yang gagah. Sejumlah pemuda duduk-duduk berbincang di selasar masjid, obrolan-obrolan bermanfaat, seputar makna khusyu’ dan cara mencapainya. Suasana musim panas tak sampai membuat pembicaraan menjadi buntu maupun panas. Yang ikut mendengarkan akan tertarik untuk mempraktekkan khusyu’.....sebab khusyu’ adalah ilmu yang bernilai tinggi yang bisa menghantarkan pengamalnya ke tempat yang lebih indah dari tempat ini...Syurga Jannatun Na’im. Damai....itu juga terasa di sini. Dimusim panas di Kufah di tahun ini.

Madinah Al-Munawaroh ditahun 629 M Bilal baru saja turun dari tempatnya melantunkan adzan. Ummat bergegas mencari segayung air untuk membasuh dan kemudian dengan langkah tenang dan mantab, setiap orang mendatangi masjid untuk bersujud kepada Rabb Yang Maha Mencipta. Burung-burung terbang bergegas di langit, dalam formasi yang indah. Temaram sisa cahaya matahari membentuk bayang-bayang indah ke halaman masjid mulia. Dari dalam masjid terdengar ayat-ayat merdu dilantunkan dari hati yang bersih. Suara yang mulia Nabi SAW terdengar lantang dan merdu mengimami shalat maghrib. Tiada tempat dan suasana yang lebih damai dari ini di dunia sepanjang masa.
--------------------------------------------------

Darahhhhhh, darah mengalir membasahi bumi Syam, hampir 15 abad setelah Nabi yang mulia (SAW) meramalkannya. Ya, bumi Syam sedang di embargo, darah mengalir disetiap sudut bumi yang dulu disebut Syam ini. Ini Gaza, di sini ada darah.....
Tidak! Di sini tidak ada damai, yang ada adalah darahhhhhh.

Seorang wanita berhijab berjalan tergesa sambil setengah menyeret putra blasterannya. Berwajah melayu dengan putra berambut coklat berhidung mancung, dengan kulit agak coklat seperti ibunya. Namanya Salim Spencer, ayahnya dulu bernama Mark Spencer, sekarang Muhammad Spencer. Sang ibu, Juwita Spencer, orang Indonesia yang menikah dengan asli Amerika. Ia bernafas lega begitu melangkah ke apartemen tempat tinggalnya. ”Fhuiih...., what a day! I certainly don’t want to go there anymore!”. Salim bertanya dengan lirih berhati-hati: “Why are they so cruel to us mommy?”…..Segera sang ibu sadar, ia harus melindungi anaknya dari perasaan terancam, masalah psikologis yang sering melanda anak-anak muslim di sini akhir-akhir ini, di kota kecil di Amerika. Juwita segera mengalihkan perhatian anaknya kepada belanjaan yang mereka bawa: “Ooh look Salim, our ice cream nearly melt, let’s put it into the fridge first, before it melts, I know how much you hate milky strawberry juice....he he” Kemudian ia terus berbicara dengan anaknya tentang berbagai hal sampai Salim tampak kembali ceria. Dua jam kemudian Salim tampak asyik mendengarkan nasyid dari David Warnsby Ali dan Juwita duduk tenang membaca majalah muslimah. Tenang dan damai di sini, dalam rumah ini, dalam benteng ini.....tapi tidak di luar sana......

Hawa dingin menusuk di ketinggian pegunungan Hindukush Afghanistan, November 2001. Bukit batu terjal tampak bopeng-bopeng setelah dihantam bom Amerika. Seorang wanita berpurdah menatap kelu pada reruntuhan bangunan di depannya. Sisa-sisa darah masih tampak di tanah yang beku. Rumah yang runtuh itu kemarin adalah benteng perlindungannya, kini hancur....Hancur bersama jasad sang suami dan 2 putranya. Hancur se-hancur hatinya.....Tidak ada lagi benteng di sini, tidak juga damai..............

Benteng-demi-benteng telah berjatuhan, sejak kejatuhan negeri-negeri yang jauh.....Istana Sultan Turki sudah takluk. Al-hamra tak lagi mengumandangkan adzan. Kufah menjadi kota yang berperang. Sudah sejak awal abad ini, benteng kekhalifahan terakhir tak ada lagi.

Apakah masih ada benteng yang tersisa?

Seorang anak sibuk bermain butiran-butiran sagu berwarna bak mutiara. ”Ummi, Ummi, kapan dimasak? Aku mau lihat!”. Sang ibu masih sibuk mempersiapkan masakan berbuka, keringatnya mengalir di pelipis namun wajahnya tampak teduh, ”Sebentar sayang.” Di ruang tamu terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an dari radio yang sedang menanti saat adzan ashar. Suasana Ramadhan terasa sampai ke sudut-sudut rumah. Si sulung baru saja menutup mushafnya setelah menamatkan juz 12. Hari ini hari ke 12 Ramadhan. Anak kedua dan ketiga sedang mengikuti tilawah di radio dengan menyimak mushaf masing-masing. Hanya si bungsu yang belum bisa membaca mushaf, namun di usianya yang ke empat ia sudah menamatkan buku Qiroa’ti 3. Damai di sini.... dalam rumah tangga ini. Dengan seorang ibu yang sabar, yang mampu memotivasi anak-anaknya untuk menghormati Ramadhan dan Al-Qur’an, di tengah-tengah lingkungan yang menganggap televisi sebagai sebagai barang yang wajib ditonton setiap saat. Di tengah dunia penuh dengan iming-iming materi. Ini bentengmu wahai kaum muslimin. Ini benteng terakhirmu masing-masing. (san)

Jumat, 16 Mei 2008

Pemuda Muslim Manfaatkan Teknologi, Ciptakan Sajadah Canggih -Just To Share-

Dengan menggunakan sajadah berteknologi tinggi ini, diharapkan bisa meningkatkan kualitas ibadah umat Islam, terutama saat menunaikan ibadah salat. Itulah yang diungkapkan Wael Aboulsaadat, mahasiswa bidang ilmu komputer, tentang sajadah berteknologi tinggi buatannya.

Aboulsaadat mahasiswa tahun keempat yang akan meraih gelar PhD di Universitas Toronto ini berhasil mendesain sajadah yang dilengkapi dengan sensor, lampu dan display untuk menampilkan tulisan ayat-ayat suci al-Quran dan bacaan-bacaan salat. Sensor akan mendeteksi posisi kita ketika sedang salat. Sensor akan mengeluarkan getar sebagai peringatan, jika penggunanya melakukan kesalahan sehingga menyebabkan sistem kacau, misalnya hilangnya sistem yang menunjukkan langkah-langkah ketika salat.

Sensor berupa getaran, kata Aboulsaadat, adalah cara untuk memberitahu adanya kesalahan tanpa harus mengganggu konsentrasi saat salat. "Sajadah ini akan meningkatkan kemampuan untuk membaca ayat-ayat suci al-Quran dan kualitas salat kita, " ujarnya.

Sajadah elektronik ini, juga dilengkapi fitur untuk mengingatkan waktu-waktu salat dan hari-hari besar agama Islam, alat penunjuk arah atau kompas dengan gambar tiga dimensi masjid Haram Makkah untuk memudahkan penggunanya menemukan arah Ka'bah. Sajadah canggih itu juga dilengkapi lampu-lampu, yang bisa digunakan jika kondisi tempat salat gelap.

"Anda juga bisa mengatur dan memilih ayat-ayat suci al-Quran yang ingin dibaca dalam salat, " tambah Aboulsaadat yang masih berusia 36 tahun itu.

Pembuatan sajadah berteknologi tinggi ini juga tidak sembarangan. Aboulsaadat melakukan konsultasi dengan seorang ulama untuk memastikan bahwa sajadah elektronik buatannya tidak melanggar aturan-aturan dalam Islam, terutama yang terkait dengan bacaan-bacaan al-Quran.

Aboulsaadat mengatakan, sajadahnya bisa menjadi prototipe dan bisa dikembangkan dan diadaptasi oleh agama lain untuk membuat alat serupa untuk mempermudah peribadahan agama masing-masing. (ln/iol)

dikutip dari : eramuslim.com

WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB -Just to Share-

Oleh
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih

Allah memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Mereka mengira bahwa seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda. Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapatkan kesuksesan, keberuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu-waktu mustajabah tersebut antara lain.

[1]. Sepertiga Akhir Malam

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman ; barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akan mengampuninya". [Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat bab Doa Nisfullail 7/149-150]

[2]. Tatkala Berbuka Puasa Bagi Orang Yang Berpuasa

Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash Radhiyallahu 'anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pafa saat berbuka ada doa yang tidak ditolak". [Sunan Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da'watuhu 1/321 No. 1775. Hakim dalam kitab Mustadrak 1/422. Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 2/17].

[3]. Setiap Selepas Shalat Fardhu

Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, beliau menjawab.

"Artinya : Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu".
[Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'awaat 13/30. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/167-168 No. 2782].

[4]. Pada Saat Perang Berkecamuk

Dari Sahl bin Sa'ad Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.

"Artinya : Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak ; doa pada saat adzan dan doa tatkala peang berkecamuk". [Sunan Abu Daud, kitab Jihad 3/21 No. 2540. Sunan Baihaqi, bab Shalat Istisqa' 3/360. Hakim dalam Mustadrak 1/189. Dishahihkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkaar hal. 341. Dan Al-Albani dalam Ta'liq Alal Misykat 1/212 No. 672].

[5]. Sesaat Pada Hari Jum'at

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Abul Qasim Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya pada hari Jum'at ada satu saat yang tidak bertepatan
seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut". [Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat 7/166. Shahih Muslim, kitab Jumuh 3/5-6]

Waktu yang sesaat itu tidak bisa diketahui secara persis dan masing-masing riwayat menyebutkan waktu tersebut secara berbeda-beda, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/203.

Dan kemungkinan besar waktu tersebut berada pada saat imam atau khatib naik mimbar hingga selesai shalat Jum'at atau hingga selesai waktu shalat ashar bagi orang yang menunggu shalat maghrib.

[6]. Pada Waktu Bangun Tidur Pada Malam Hari Bagi Orang Yang Sebelum Tidur Dalam Keadaan Suci dan Berdzikir Kepada Allah

Dari 'Amr bin 'Anbasah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.

"Artinya :Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun padamalam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya". [Sunan Ibnu Majah, bab Doa 2/352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595]

Terbangun tanpa sengaja pada malam hari.[An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/190]
Yang dimaksud dengan "ta'ara minal lail" terbangun dari tidur pada malam hari.

[7]. Doa Diantara Adzan dan Iqamah

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.

"Artinya : Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat 1/144 No. 521. Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'waat 13/87. Sunan Al-Baihaqi, kitab Shalat 1/410. Dishahihkan oleh Al-Albani, kitab Tamamul Minnah hal. 139]

[8]. Doa Pada Waktu Sujud Dalam Shalat

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk dikabulkan". [Shahih Muslim, kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur'an fi Ruku' wa Sujud 2/48]

Yang dimaksud adalah sangat tepat dan layak untuk dikabulkan doa kamu.

[9]. Pada Saat Sedang Kehujanan

Dari Sahl bin a'ad Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.

"Artinya : Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan". [Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' No. 3078].

Imam An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu kehujanan tidak ditolak atau jarang ditolak dikarenakan pada saat itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim. [Fathul Qadir 3/340].

[10]. Pada Saat Ajal Tiba

Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan
mengikutinya'. Semua keluarga histeris. Beliau bersabda : 'Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan". [Shahih Muslim, kitab Janaiz 3/38]

[11]. Pada Malam Lailatul Qadar

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar". [Al-Qadr : 3-5]

Imam As-Syaukani berkata bahwa kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan doa setiap orang pasti dikabulkan. [Tuhfatud Dzakirin hal. 56]

[12]. Doa Pada Hari Arafah

Dari 'Amr bin Syu'aib Radhiyallahu 'anhu dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah". [Sunan At-Tirmidzi, bab
Jamiud Da'waat 13/83. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta'liq alal Misykat 2/797 No. 2598]

[Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa, oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 181-189, terbitan Darul Haq, penerjemah Zainal Abidin Lc]

Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/101/slash/0